Ciamis, Berandaperistiwa.com — Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis mencatat, jumlah anak tidak sekolah (ATS) mencapai angka 13.000.
Situasi ini mencerminkan tantangan yang belum sepenuhnya teratasi di tengah upaya memperluas akses pendidikan dasar dan menengah.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis, Erwan Darmawan, menyebut angka itu sebagai “data mentah” yang kini sedang diverifikasi di lapangan.
“Kita sudah break down per kecamatan, per desa. Kemudian kita minta bantuan DPMD dan teman-teman di desa untuk verifikasi by name by address. Apakah anak itu masih tinggal di sana, atau sudah pindah, atau bagaimana,” ujarnya saat ditemui di sela kegiatan Expo Pendidikan 2025, Kamis (19/6/2025).
Data ATS di Ciamis ini tidak sekadar angka. Ia mencerminkan kenyataan bahwa masih banyak anak usia sekolah yang tercecer dari sistem pendidikan formal.
Di tengah semangat inklusivitas, Ciamis mencoba menjawab tantangan itu dengan berbagai pendekatan, termasuk melalui peran aktif Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
“Setelah diverifikasi, data kita sebar ke PKBM. PKBM bergerak mendatangi anak-anak itu, mengajak mereka kembali belajar. Ini kerja bersama,” ujar Erwan.
Ragam Penyebab, Beragam Pendekatan
ATS di Ciamis, kata Erwan, terbagi dalam tiga kategori, anak putus sekolah (drop out), anak yang belum pernah mengenyam bangku sekolah, dan anak yang lulus tapi tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Penyebabnya beragam, faktor ekonomi, pernikahan dini, ketidaktertarikan belajar, hingga keterbatasan fisik dan mental.
“Kalau soal ekonomi, kita ada beasiswa untuk keluarga miskin. Untuk kasus pernikahan dini, kita berkolaborasi dengan teman-teman di dinas KB. Tapi ada juga yang memang tidak mau sekolah, itu tantangan lain lagi,” kata Erwan.
Meski demikian, ia optimistis. Erwan juga menyebut bahwa di Jawa Barat, hanya Kabupaten Ciamis yang memfasilistasi usia 25+ untuk tetap bisa mengeyam pendidikan melalui program Imas Gemas. Dibiayai oleh APBD Ciamis.
“Minat masyarakat untuk belajar kembali justru tinggi. Tahun lalu 9 ribu, sekarang sudah 11 ribu anak dan dewasa yang kembali bersekolah di PKBM. Termasuk yang usia 25 tahun ke atas,” tambahnya.
Ciamis memiliki sekitar 37 PKBM yang tersebar tidak merata, namun berkomitmen untuk menjangkau wilayah sekitarnya.
Masing-masing PKBM dibekali pelatihan keterampilan hidup (life skill) agar peserta tidak hanya mendapat ijazah, tapi juga bekal menghadapi dunia kerja dan kehidupan.
RLS di Ciamis
Meski upaya masif telah dilakukan, Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di Ciamis masih berada di angka 8,1 tahun.
Angka ini terbilang rendah, dan Erwan menjelaskan bahwa migrasi penduduk turut mempengaruhi.
“Misalnya lulusan PKBM yang merantau ke kota lain, mereka tidak tercatat lagi. Atau pendatang dari luar yang tingkat pendidikannya rendah masuk ke Ciamis, ikut menurunkan angka. Jadi ini bukan hanya soal pendidikan, tapi juga demografi,” ujarnya.
RLS, menurutnya, bukan satu-satunya indikator keberhasilan sektor pendidikan.
Namun tetap menjadi parameter penting dalam mengukur daya jangkau pendidikan terhadap masyarakat.
Harapan
Di balik optimisme, sektor pendidikan Ciamis tetap menghadapi kendala klasik, keterbatasan infrastruktur.
Ramainya keluhan tentang infrastruktur sekolah menjadi cerminan persoalan tersebut.
“Kondisi sarana prasarana memang belum ideal. Tapi kami juga dorong satuan pendidikan untuk tidak pasif. Kalau ada kerusakan kecil, perbaiki dulu. Jangan tunggu semua rusak parah,” kata Erwan.
Ia pun mengakui bahwa partisipasi masyarakat sangat membantu.
“Banyak alumni yang kembali ke sekolahnya dan membantu membangun. Kita berharap semua warga punya semangat seperti itu. Tapi tentu saja, pemerintah tetap bertanggung jawab penuh,” ucapnya.
Erwan berharap bahwa semua pihak bisa bergerak bersama.
“Sekolah itu gratis. Tidak ada alasan ekonomi, tidak ada alasan malu. Yang penting, mau belajar. Pemerintah akan fasilitasi,” kata Erwan.
Di tengah keterbatasan, langkah-langkah kecil dari desa, dari PKBM, dari para guru relawan, dan dari orang tua, menjadi mozaik harapan bagi ribuan anak yang belum kembali ke bangku pendidikan.
Asa yang hilang perlahan disisir kembali, satu per satu.***
Views: 1