CIAMIS,- Pj Bupati Ciamis, Budi Waluya mengukuhkan kepengurusan Dewan Kebudayaan Kabupaten Ciamis (DKKC) periode 2024-2029 di Pendopo Wretikendayun, Pusat Kebudayaan Karangkamulyan, Jumat (31/1/2025).
Budaya Harus Adaptif dan Inovatif
Dalam sambutannya, Budi menegaskan bahwa budaya bukan hanya soal masa lalu, tapi juga harus hidup dan relevan di era modern.
Ia meminta DKKC untuk aktif dalam menjaga dan mengembangkan budaya lokal, terutama dengan pendekatan yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Menurutnya, di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan digitalisasi, tantangan utama pelestarian budaya adalah bagaimana membuatnya tetap menarik bagi generasi muda.
“Jangan sampai budaya kita kalah sama tren luar. Anak-anak muda harus bangga dengan budayanya sendiri, bukan justru lebih kenal budaya asing daripada warisan daerahnya sendiri,” tegasnya.
Lanjut Budi, ada sepuluh aspek utama dalam pemajuan kebudayaan yang diatur dalam Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan, yakni tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, dan ritus.
“Kalau kita tidak bergerak, budaya lokal bisa terkikis. Oleh karena itu, saya minta DKKC bisa inovatif, cari cara agar budaya kita tetap eksis di era digital,” lanjutnya.
Budi juga menyampaikan bahwa pemerintah siap mendukung program-program kebudayaan, asalkan memiliki dampak yang nyata bagi masyarakat.
“Jangan hanya berkegiatan seremonial, harus ada hasil yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. Budaya bukan sekadar untuk nostalgia, tapi harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,” kata Budi.
DKKC Punya Program Inovatif
Ditemui usai pengukuhan, Ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten Ciamis terpilih, Yat Rospia Brata, menyampaikan visi besar: bikin budaya Ciamis makin heboh!
Di sisi lain, Dia sadar kalau generasi muda sekarang lebih akrab sama gadget, jadi strategi pelestarian budaya juga harus menyesuaikan zaman.
“Jujur aja, sekarang anak-anak lebih banyak main HP daripada ngulik budaya. Makanya kita masuk ke dunia digital. Kita bikin animasi, game, dan konten kreatif supaya budaya kita tetap hidup,” ujar Yat Rospia.
Menurutnya, banyak norma budaya yang mulai pudar di kalangan anak muda. Oleh karena itu, DKKC bakal berkolaborasi dengan anak-anak muda, komunitas kreatif, dan konten kreator buat bikin budaya Ciamis lebih keren dan relatable.
“Kalau mereka betah di dunia digital, ya kita masuk ke sana. Kita adaptasi budaya ke platform kekinian biar mereka bisa kenal dan bangga sama warisan kita,” tambahnya.
Nggak cuma soal pelestarian, DKKC juga bakal fokus ke integrasi budaya dengan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Menurut Yat, budaya bisa jadi aset yang bernilai ekonomi tinggi kalau dikemas dengan cara yang menarik.
“Budaya itu nggak cuma soal sejarah dan tradisi, tapi juga bisa jadi daya tarik wisata. Kita harus bisa nge-branding budaya lokal biar makin banyak orang tertarik buat datang ke Ciamis,” jelasnya.
Senada dengan itu, Kepala Disbudpora Ciamis, Dadang Darmawan, mendukung penuh langkah DKKC. Ia berharap kepengurusan baru ini segera menyusun program kerja yang jelas biar bisa langsung tancap gas.
“Kita tunggu gebrakan dari DKKC. Harus ada langkah nyata biar budaya Ciamis makin dikenal dan nggak sekadar jadi nostalgia,” kata Dadang.
Dengan semangat baru, DKKC siap bikin gebrakan, dari digitalisasi budaya sampai kolaborasi dengan sektor pariwisata.
Mereka bertekad menjadikan budaya Ciamis bukan cuma sekadar kenangan, tapi juga tren yang bisa dibanggakan.***
Views: 6