Kisah Gio, Guru SLB di Ciamis yang Ciptakan Tamiya Bisa Dinaiki

Menggabungkan elektronik dan otomotif, Gio Subroto Kusuma membangun kendaraan roda empat dari barang bekas. Terinspirasi mimpi masa kecil tentang Tamiya

Foto: Dok. Gio Subroto Kusuma
Foto: Dok. Gio Subroto Kusuma
banner 120x600
banner 468x60

Ciamis, Berandaperistiwa.com,- Sepuluh tahun lalu, Gio Subroto Kusuma, pemuda dari Panyingkiran, Ciamis, menyimpan mimpi sederhana: bagaimana kalau Tamiya bisa dinaiki?

Kini, mimpi masa kecil itu mulai berbentuk nyata. Meski jalannya tak mudah, penuh pengorbanan, dan keterbatasan alat serta dana.

banner 325x300

“Saya suka nonton film Tamiya waktu kecil, dan selalu membayangkan gimana kalau mainan itu bisa dikendarai,” kenang Gio saat ditemui di sebuah warung dekat Islamic Centre Ciamis, Senin (28/4/2025).

Tak ada latar belakang teknik mesin di baliknya. Gio bukan lulusan sekolah otomotif. Ia justru kuliah di jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB)—pilihan orang tuanya.

Kini, ia mengajar sebagai guru honorer di sebuah SLB di Kecamatan Cijeungjing.

Namun sejak kecil, Gio dikenal sebagai “tukang bongkar” di rumah. Mejikom, radio, bokmen, semua dibongkar untuk menjawab rasa penasarannya.

“Pernah bikin senter tanpa baterai. Orang-orang heran, kok bisa nyala. Dari situ makin semangat,” ujarnya.

Sempat Koma Gara-Gara Hobi

Tapi semangat itu sempat membawa petaka. Gio jatuh sakit hingga koma karena sering begadang mengutak-atik barang elektronik.

Orang tuanya nyaris menyerah dan membuang semua koleksinya. Tapi justru dari titik itu, Gio makin terpacu.

Ia mulai mengenal Arduino dan microcontroller. Di bangku SMP hingga SMA, ia kerap ikut lomba inovasi teknologi.

Tahun 2016 menjadi titik balik. Gio mulai tertarik pada dunia otomotif setelah sering nongkrong di bengkel teman.

“Basic saya elektronik. Tapi makin ke sini, saya pengin gabungin dua dunia: elektronik dan otomotif,” katanya.

Dari situ, mimpi masa kecilnya muncul kembali: membuat Tamiya yang bisa dinaiki.

Dengan modal nekat dan alat seadanya, besi rongsokan, roda sepeda, mesin rumput bekas seharga Rp400 ribuan. Gio mulai merakit prototipe pertamanya.

Bor manual, gurinda pinjaman, hingga mesin las milik tetangga menjadi saksi bisu awal eksperimen itu.

“Yang penting bisa jalan dulu. Aerodinamis belum kepikiran. Bodi masih rangka besi doang,” ujarnya.

Uji coba pertama berhasil. Mobil mini itu bisa melaju, meski pelan dan sering rusak.

“Pernah waktu puasa, boncengan tiga, nyoba sampai Cirahong. Pas belok, kabel rem putus. Nabrak batu. Depan bengkok semua, harus di-las lagi,” ceritanya sambil tertawa.

Karena keterbatasan dana, proyek sempat mandek. Tapi semangatnya tak padam. Ia pernah menginap seminggu di bengkel las hanya untuk belajar teknik pengelasan.

Sejak 2022, perlahan ia melengkapi peralatan sendiri, gurinda, mesin bor, dan membeli mesin las sendiri.

“Saya tahu saya bukan anak teknik. Tapi saya harus bisa. Nginep di bengkel, mata bengkak kena percikan api, itu biasa,” ucapnya.

Mimpi Masa Kecil Gio yang Jadi Nyata

Kini, versi terbaru kendaraan impian Gio itu sudah lebih stabil. Ia memakai mesin motor bebek bekas dengan transmisi empat percepatan.

Roda diganti dengan ban Vespa. Sistem kemudi menyerupai mobil biasa, dan semuanya dirakit sendiri oleh Gio.

“Top speed sekitar 50–60 km/jam,” jelasnya.

Namun bagi Gio, kendaraan ini bukan sekadar mainan impian masa kecil.

Ia sudah menyiapkan sistem kendali berbasis Arduino agar kendaraan ini bisa bergerak otomatis, parkir sendiri, dan terkoneksi ke Android, layaknya Tesla versi lite.

“Dulu saya bikin mobil mainan yang bisa nyamperin pemegang remote. Sekarang pengen terapin itu ke versi besar. Sensor-sensornya udah saya pikirin juga,” ujarnya.

Visinya makin matang. Ia membayangkan kendaraan ini bisa jadi solusi transportasi desa.

Masuk gang sempit, mengangkut hasil panen, atau sekadar moda transportasi murah dan ramah lingkungan.

Hingga kini, semua dikerjakan dari dana pribadi.

“Belum ada investor. Tapi kalau ada yang mau bantu, saya sangat terbuka. Ini potensi kok, kalau digarap serius,” kata Gio.

Di tengah arus industri otomotif yang banyak mengandalkan impor teknologi, Gio adalah pengingat bahwa inovasi bisa lahir dari garasi rumah.

Kendaraan ini tidak hanya soal hobi, tapi punya potensi sebagai kendaraan mikro untuk pedesaan, dengan biaya produksi rendah dan penggunaan bahan daur ulang.

Selain itu, di tengah minimnya dukungan terhadap inovasi lokal, karya Gio mengingatkan kita bahwa kreativitas tak butuh izin, cukup ruang dan kepercayaan.***

Views: 68

Views: 42

banner 325x300