BerandaPeristiwa, Ciamis,- Warga Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, pertanyakan proses tanggung jawab SPPBE Warung Jeruk tentang proses pengobatan korban yang terbakar akibat insiden ledakan pada Jumat (14/6/2024) lalu.
Pernyataan tersebut diungkapkan, Dini Miftahudin Ketua RT 25 RW 12 Dusun Bantarcaringin saat melakukan pertemuan bersama owner SPPBE Warung Jeruk Dede Yanah, manager Andri Somantri dan Asep Nugraha Kepala Bagian Operasional SPPBE Warung Jeruk di Aula Desa Ciharalang, Minggu (16/06/2024).
Dini mengatakan, pihak SPPBE dalam melakukan tindakan pertolongan bagi korban saat di rumah sakit terbilang tidak wajar.
“Kebetulan korban warga saya, selaku RT kecewa masa mau tanggung jawab pas di rumah sakit ditanya dulu punya BPJS apa engga, kalo niat tanggung jawab langsung minta tindakan ke pihak rumah sakit bukan ditanya soal BPJS,” ucapnya.
Dini juga menerangkan, saat penanganan pertama di Unit Gawat Darurat (UGD) korban menggunakan jasa BPJS bukan umum.
“Korban pake BPJS bukan umum, korban juga di bawa ke rumah sakit bukan sama pengurus SPPBE tapi mobil milik keluarga,” tegas Asep.
Menanggapi pernyataan Dini, manager SPPBE, Andri Somantri mengatakan, proses penangan korban di rumah sakit sepenuhnya ditanggung oleh pihak SPPBE tidak menggunakan BPJS.
“Sampai pulang korban menggunakan pasien umum bukan BPJS, tapi untuk penanganan pertama korban memang di daftarkan BPJS itu pun saat di UGD, soalnya pas kejadian kami masih panik jadi belum mengurus berkas-berkasnya ditambah lagi korban anggota PKH jadi otomatis pihak rumah sakit memasukannya ke pasien BPJS,” jelas Andri.
Sementara itu, saat ditanya soal penangan korban pasca ledakan, Kepala Bagian Operasional Asep Nugraha menerangkan, pihaknya langsung mendatangi rumah korban dan mengarahkan korban untuk segera di bawa ke rumah sakit.
“Saya langsung mendatangi korban dan langsung menyuruhnya untuk ke rumah sakit, kenapa bukan saya yang antar karena saya masih mengurus api di area SPPBE. Alhamdulillah kedua korban langsung ditangani di RSUD Ciamis dan Permata Bunda,” ucapnya.
Kenudian, di soal pasien BPJS, Asep mengatakan, ditakutkan pasien diclaim ke pasien BPJS oleh pihak rumah sakit karena korban merupakan anggota PKH.
“Yang mengurus admistrasi pasien di rumah sakit ditangani langsung oleh pengurus SPPBE, cuman saya menanyakan kepada korban apakah punyak BPJS atau tidak karena ditakutkan pihak rumah sakit langsung melihat NIK yang kebetulan korban anggota PKH. Tapi korban bilang ke saya dia bukan peserta BPJS padahal masuk ke peserta BPJS PKH,” ujarnya.
Mengetahui korban terdaftar sebagai pasien BPJS, Asep langsung mengklarifikasi ke pihak administrasi RSUD untuk merubah data pasien menjadi umum dan meminta kamar VIP.
“Saya langsung meminta ke pihak administrasi untuk merubahnya ke umum dan meminta masukan saja ke kamar yang kosong dulu jangan sampai ditangani di UGD , sayangnya saat itu kamar VIP penuh maka korban ditempatkan dulu di kamar kelas 3. Alhamdulillah malam hari kita menerima laporan ada kamar kosong di kelas 1 dan langsung kita pindahkan,” tukas Asep.
Untuk kondisi korban, Asep mengungkapkan, saat ini korban sudah dibawa pulang oleh pihak keluarga untuk satu korban lagi masih dalam perawatan di Rumah Sakit Permata Bunda.
“Alhamdulillah satu korban sudah pulang kerumah, bukan pulang paksa atau apapun tapi itu jelas pernyataan dari dokter yang menyatakan korban sudah bisa pulang dan melakukan perawatan di rumah. Untuk santunan terhadap korban kami akan mendiskusikan bersama owner. Kami belum bisa memberikan keterangannya” tutupnya.
Untuk klarifikasi masalah insiden ledakan, pihak SPPBE belum bisa memberikan informasi lanjutan dikarenakan masih menunggu proses penyelidikan dari pihak kepolisian.