BerandaPeristiwa, – Sindrom Tourette adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan tics — gerakan atau suara yang berulang dan tidak terkendali. Kondisi ini sering kali muncul pada masa kanak-kanak dan bisa berlanjut hingga dewasa. Berikut ini adalah penjelasan lebih mendalam, termasuk gejala, penyebab, dan penanganannya.
Gejala
Gejala utamanya adalah tics, yang bisa dibagi menjadi dua jenis: tics motorik dan tics vokal.
1. Tics Motorik: Ini adalah gerakan tubuh yang berulang dan tidak terkendali. Contohnya termasuk berkedip, mengangkat bahu, atau gerakan kepala yang tiba-tiba.
2. Tics Vokal: Ini adalah suara yang dihasilkan secara tidak sengaja. Contohnya termasuk menggerutu, batuk, atau mengulang kata-kata dan frasa.
Tics ini biasanya dimulai pada masa kanak-kanak, antara usia 5 hingga 10 tahun, dan sering kali dimulai dengan tics motorik di daerah kepala dan leher. Gejala bisa berfluktuasi dalam keparahan dan dapat dipengaruhi oleh faktor seperti stres, kegembiraan, atau kelelahan.
Penyebab
Penyebab pasti sindrom Tourette belum diketahui, tetapi penelitian menunjukkan bahwa ini adalah kondisi yang melibatkan interaksi kompleks antara faktor genetik dan lingkungan. Beberapa poin penting terkait penyebabnya adalah:
1. Genetika: Sindrom Tourette cenderung terjadi dalam keluarga, menunjukkan bahwa faktor genetik memainkan peran penting. Meskipun gen spesifik yang bertanggung jawab belum diidentifikasi, memiliki riwayat keluarga dengan sindrom Tourette atau gangguan tic lainnya meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami kondisi ini.
2. Neurobiologi: Penelitian menunjukkan bahwa perubahan tertentu dalam otak, terutama di daerah yang mengendalikan gerakan dan perilaku, terlibat dalam sindrom Tourette. Ketidakseimbangan neurotransmitter seperti dopamin mungkin berperan dalam perkembangan tics.
3. Faktor Lingkungan: Beberapa studi menyarankan bahwa faktor lingkungan, seperti infeksi atau komplikasi selama kehamilan dan kelahiran, dapat mempengaruhi perkembangan sindrom Tourette. Namun, bukti mengenai faktor-faktor ini masih belum konklusif.
Penanganan
Tidak ada obat untuk sindrom Tourette, tetapi ada beberapa pendekatan yang dapat membantu mengelola gejala:
1. Terapi Perilaku: Terapi perilaku kognitif (CBT) dan teknik manajemen tics seperti HRT (habit reversal training) telah terbukti efektif dalam membantu individu mengidentifikasi dan mengelola tics mereka.
2. Medikasi: Obat-obatan seperti antipsikotik, obat penenang, atau obat yang mengatur neurotransmitter dapat digunakan untuk mengurangi keparahan tics. Namun, efek samping dan respon individu terhadap obat bervariasi, sehingga perlu pengawasan ketat oleh profesional kesehatan.
3. Dukungan Pendidikan dan Psikososial: Pendidikan mengenai kondisi ini untuk pasien, keluarga, dan lingkungan sekolah atau kerja penting untuk menciptakan pemahaman dan dukungan yang lebih baik. Kelompok dukungan dan konseling juga bisa membantu individu dan keluarga dalam menghadapi tantangan yang terkait dengan sindrom Tourette.
4. Intervensi Lainnya: Dalam beberapa kasus, terapi tambahan seperti terapi okupasi atau fisioterapi dapat membantu mengatasi gejala sekunder yang mungkin timbul, seperti masalah koordinasi atau kontrol motorik halus.
Sindrom Tourette adalah gangguan neurologis yang kompleks dan sering kali disalahpahami. Meski tidak ada obatnya, berbagai strategi penanganan dapat membantu individu yang mengalaminya untuk hidup secara produktif dan nyaman. Penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai kondisi ini, sehingga individu dengan sindrom Tourette bisa mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan dan terbebas dari stigma yang tidak berdasar. Penelitian terus berlanjut untuk memahami lebih baik penyebab dan pengobatan yang lebih efektif.
(Sinta/BerandaPeristiwa)
Sumber: https://www.alodokter.com/sindrom-tourette
https://www.halodoc.com/kesehatan/sindrom-tourette
https://www.alodokter.com/sindrom-tourette-ini-gejala-dan-cara-mengatasinya