Jakarta, Beranda Peristiwa – Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) menegaskan komitmennya untuk menjadikan ilmu sebagai kekuatan penggerak transformasi sosial dan ekonomi bangsa.
Ketua Umum PP ISNU Kamaruddin Amin, menegaskan bahwa pengetahuan tak seharusnya berhenti di ruang kuliah atau jurnal ilmiah.
Sebagai himpunan para akademisi, ilmuwan, dan profesional, ISNU siap mendukung arah kebijakan negara dengan basis keilmuan yang terstruktur dan kolaboratif.
Menurutnya, ISNU sebagai organisasi para cendekiawan Nahdlatul Ulama ingin hadir bukan hanya sebagai penonton, tetapi sebagai fundamental enabler, penggerak strategis pembangunan nasional menuju Indonesia Emas 2045.
“Tantangan kita untuk menjadi negara maju masih panjang. Mulai dari peningkatan kapasitas SDM, persoalan kemiskinan, hingga dinamika geopolitik global dan perubahan iklim. Semua itu memerlukan kolaborasi nyata,” ujar Kamaruddin, Rabu (30/7/2025) di Jakarta.
Ia menekankan bahwa Indonesia memerlukan pelibatan aktif dari kalangan sarjana dalam menyelesaikan problem bangsa.
ISNU, lanjutnya, memiliki sumber daya besar dari para lulusan perguruan tinggi lintas disiplin yang siap menyumbangkan gagasan, keahlian, dan aksi nyata.
Potensi keilmuan ini akan dikapitalisasi dan disinergikan dalam bentuk program-program konkret, mulai dari pelatihan dan sertifikasi untuk penguatan SDM, inovasi sosial berbasis riset, hingga pemberdayaan ekonomi umat di tingkat akar rumput.
“ISNU adalah ruang aktualisasi bagi para sarjana untuk berkhidmat kepada umat, bangsa, dan negara. Kami akan hadir tidak hanya dalam wacana, tetapi dalam aksi nyata,” katanya.
Lebih lanjut, Kamaruddin menyebut bahwa mendukung strategi negara bukan semata tugas administratif atau kewarganegaraan, tetapi juga merupakan bentuk tanggung jawab keagamaan dan keilmuan.
Apalagi, banyak kebijakan publik yang diarahkan untuk kemaslahatan bersama.
“Seorang akademisi tidak cukup hanya mengajar. Ia harus punya engagement terhadap persoalan sosial. Di kampus ada tridharma: pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Maka, dosen dan sarjana harus hadir di tengah masyarakat,” tegasnya.
Menurut Kamaruddin, sarjana harus mampu menerjemahkan pengetahuan menjadi kebijakan, gerakan, dan solusi konkret.
Dengan demikian, ilmu yang dimiliki tidak menjadi menara gading, tetapi menjadi instrumen perubahan sosial yang membumi.
Kamaruddin berharap, ISNU dapat menjadi mitra strategis yang turut menjaga arah kebijakan nasional, termasuk dalam mewujudkan visi besar Presiden yang terangkum dalam konsep Asta Cita.
Konsep itu dinilai sebagai rumusan komprehensif atas tantangan bangsa yang harus dijawab secara kolektif, terutama dengan pendekatan berbasis ilmu pengetahuan dan kolaborasi sosial.
“ISNU akan terus mengambil peran dalam membangun bangsa melalui jalur keilmuan. Karena dari sinilah arah perubahan yang berkeadilan bisa dimulai,” tegas Kamaruddin.***
Views: 0