Pramoedya Ananta Toer, Sang Maestro Sastra Indonesia yang Tak Pernah Padam Semangatnya

Pramoedya Ananta Toer atau lebih akrab disapa Pram merupakan seorang penulis terkenal asal Indonesia yang dianggap sebagai salah satu penulis paling berpengaruh dalam sastra Indonesia modern.

Pramoedya Ananta Toer, Sang Maestro Sastra Indonesia yang Tak Pernah Padam Semangatnya
Pramoedya Ananta Toer, (Foto: Pinterest.com)
banner 120x600
banner 468x60

BerandaPeristiwa, – Pramoedya Ananta Toer atau lebih akrab disapa Pram merupakan seorang penulis terkenal asal Indonesia yang dianggap sebagai salah satu penulis paling berpengaruh dalam sastra Indonesia modern. Ia lahir di Blora, Jawa Tengah pada 6 Februari 1925 dan tumbuh dalam lingkungan keluarga yang dekat dengan gerakan nasionalisme.

Pramoedya Ananta Toer merupakan anak sulung dengan Ayah yang bekerja sebagai kepala sekolah Institut Budi Oetomo dan Ibunya penjual nasi. Meski latar pendidikannya tidak terlalu lancar karena harus terhenti pada saat masa pendudukan Jepang pada tahun 1942, Pram memiliki semangat belajar yang luar biasa.

banner 325x300

Nama asli Pram adalah Pramoedya Ananta Mastoer, namun karena nama Mastoer (nama ayahnya) terkesan terlalu aristokratik, maka ia menghilangkan Mas dan mengguankan Toer sebagai nama keluarga.

Ia kemudian pergi ke Jakarta untuk bekerja sebagai juru ketik untuk surat kabar Jepang pada masa kependudukan Jepang tahun 1942. Ia juga mengikuti kursus di sekolah Stenografi.

Pada tahun 1945 Pram keluar dari pekerjaannya dan mulai pergi menjelajahi Pulau Jawa. Tahun 1946 setelah Indonesia merdeka, Pram menjadi anggota 6 Divisi dengan pangkat letnan dua Tentara Keamanan Rakyat yang ditempatkan di Cikampek, ia menulis cerpen serta buku di sepanjang karir militernya.

Hidup Pram berubah drastis pasca peristiwa G30S. Jejak karirnya yang terbilang dekat dengan Lekra yang dicap sebagai komunis oleh pemerintah orde baru membuatnya ditangkap, disiksa dan dipenjara tanpa proses pengadilan selama 14 tahun.

Pengasingannya dimulai di Pulau Nusakambangan, kemudian berlanjut ke Pulau Buru. Meski dilarang untuk menulis, semangatnya tidak pernah padam karena selama pengasingannya ia berhasil menciptakan karya-karya monumental, termasuk tetralogi Bumi Manusia. Banyak karyanya yang dilarang terbit oleh pemerintah.

Karena kreativitasnya dalam menulis karya sastra, Pram mendapatkan banyak anugerah, hadiah dan penghargaan. Diantaranya Hadiah Sastra dari Balai Pustaka atas novelnya Perburuan (1950) dan penghargaan Unesco Madanjeet Singh Prize oleh Dewan Eksekutif Unesco (1996).

Karya-karyanya juga telah diterjemahkan ke dalam 42 bahasa asing yang membuatnya menjadi satu-satunya sastrawan Indonesia yang pernah dinominasikan mendapat penghargaan Nobel sastra. Karya Pram juga banyak dijadikan subjek penelitian pakar-pakar di bidang sastra dan ilmu sosiohumaniora lainnya dari berbagai belahan dunia.

Selain dari karyanya yang monumental, ia juga memperjuangkan hak-hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi. Pram merupakan suara bagi mereka yang tidak memiliki suara dalam masyarakat.

Pramoedya Ananta Toer, dengan segala kontroversinya tetap menjadi salah satu sastrawan paling berpengaruh dalam sejarah sastra Indonesia. Warisannya tidak hanya sebatas karya-karyanya saja, tapi juga pada semangatnya untuk berjuang demi keadilan dan kebenaran.

 

(Sinta)

sumber: https://narasi.tv/read/narasi-daily/profil-pramoedya-ananta-toer

https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/tokoh-detail/3331/pramoedya-ananta-toer

https://www.gramedia.com/author/author-pramoedya-ananta-toer

banner 325x300