Ciamis,- Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Ciamis menggelar silaturahmi dengan para aktivis organik dan penyuluh pertanian dalam rangka mendorong pengembangan pertanian organik berbasis ekosistem alami di Aula DPKP Ciamis, Selasa (1/10/2024).
Acara ini bertujuan memperkuat jaringan petani organik sekaligus berbagi pengetahuan tentang pentingnya pertanian berbasis ekosistem alami.
Kepala DPKP Ciamis, Slamet Budi Wibowo, menjelaskan bahwa meskipun hanya sebagian aktivis organik yang diundang, pertemuan ini menjadi forum diskusi untuk memperluas pemahaman terkait manfaat pertanian organik.
Konsep pertanian ini diharapkan dapat mengatasi tantangan besar pertanian modern yang masih sangat bergantung pada pupuk kimia dan pestisida.
“Kita undang para pelaku untuk melihat bagaimana pertanian yang ramah lingkungan bisa berkembang di Ciamis. Ini juga menjadi kesempatan bagi kita untuk menyatukan visi menuju pertanian berbasis ekosistem alami,” ujar Slamet.
Kemudian, Slamet menyoroti tantangan utama dalam pengembangan pertanian organik, yakni mindset petani yang masih sangat bergantung pada pupuk bersubsidi.
“Saat ini belum semua petani memiliki pemahaman yang sama tentang keuntungan jangka panjang dari pola pertanian organik. Masih banyak yang terjebak pada pola lama yang menggunakan pupuk kimia,” tambahnya.
Pada kesempatan tersebut, narasumber ahli pertanian organik, Alik Sutaryat, bersama DPKP Ciamis memperkenalkan konsep Siskamwah (Sistem Keamanan Sawah), yang bertujuan meningkatkan pengamatan intensif terhadap lahan oleh petani itu sendiri.
Selain itu, melalui program Sekolah Lapang, petani akan diajarkan untuk mengamati lahan pertanian mereka, dari proses pengolahan hingga panen, guna meningkatkan kesadaran dan pemahaman dalam pengelolaan pertanian ramah lingkungan.
“Petani harus lebih sering mengamati lahan mereka, mengenali gejala penyakit pada tanaman, dan menemukan solusinya secara mandiri,” jelas Slamet.
Pertanian organik tidak hanya berdampak positif bagi lingkungan, tetapi juga untuk kesehatan dan ekonomi petani.
Dengan mengurangi penggunaan bahan kimia, jelas Slamet, petani dapat memproduksi sendiri pupuk dan pestisida nabati yang lebih hemat dan ramah lingkungan.
“Menggunakan bahan alami bisa menekan ongkos produksi, meningkatkan kualitas kesehatan manusia, dan meningkatkan harga jual produk organik di pasar,” tambahnya.
Ia mencontohkan bahwa harga beras organik dapat mencapai Rp 20.000 per kilogram, bahkan bisa lebih, tergantung pada perhitungan untung rugi petani. Harganya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan beras biasa.
“Beras organik lebih dinamis dalam harga, tidak seperti beras biasa yang sudah ada acuan harganya,” kata Slamet.
Slamet juga menegaskan bahwa sektor pertanian masih sangat menjanjikan. “Selama masih ada manusia di dunia ini, pertanian akan terus dibutuhkan. Semua orang butuh makan, dan makanan sehat semakin dicari,” tegasnya.
Dengan pertanian organik, petani dapat memperoleh keuntungan ekonomi yang lebih besar, sembari menjaga kesehatan dan kelestarian lingkungan.
DPKP Ciamis, kata Slamet, akan terus memfasilitasi penyuluhan pertanian ramah lingkungan, dengan harapan petani dapat memulai perubahan dari lingkungannya sendiri.***