BerandaPeristiwa, Ciamis,- Kadisbudpora Ciamis, Erwan Darmawan membuka Launching Program Pemberdayaan Akselerasi Digital Pengusaha Perempuan Ultra Mikro dan Mikro di aula pusat budaya Karangkamulyan Ciamis, Kamis (14/12/23).
Erwan Darmawan membuka secara resmi program yang melibatkan 150 peserta wanita muda dengan usia di bawah 40 tahun.
Disbudpora Kabupaten Ciamis terpilih sebagai mitra utama pada program yang diinisiasi oleh The UK Digital Access Programme dari Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia bekerja sama dengan Pusat Inkubator Bisnis Oorange Universitas Padjajaran dan BRI Research Institute.
Baca juga:
Peluncuran Program Pemberdayaan Pelaku Usaha Perempuan di Kabupaten Ciamis
Memperingati Hari Kartini 21 April: Inspirasi Perjuangan dan Pemikiran RA Kartini
Erwan berharap dengan diadakannya program Pemberdayaan Akselerasi Digital Pengusaha Perempuan Ultra Mikro dan Mikro ini, para pengusaha muda perempuan di Kabupaten Ciamis bisa lebih berdaya.
“Mengubah stigma bahwa perempuan itu hanya di dapur, sumur, dan kasur,” ujarnya.
Kadisbudpora Erwan menyatakan bahwa ini adalah pola yang telah terbentuk dari tahun ke tahun, dengan berkomunikasi dengan para camat yang Erwan yakini memiliki pemahaman tentang karakteristik dan potensi di wilayah masing-masing.
“Selain itu, kami juga mendapatkan informasi dari pelaku usaha di berbagai wilayah dan bekerja sama dengan rekan-rekan di UMKM, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pariwisata, dan dinas lainnya. Sehingga, setiap tahun, kami memiliki kumpulan wirausaha muda, baik yang baru memulai (start-up) maupun yang telah mencapai kesuksesan,” jelasnya usai membuka kegiatan.
Tujuan pelaksanaan ini adalah sebagai bentuk upaya pemerintah untuk hadir di tengah perjuangan masyarakatnya dalam memperjuangkan perekonomian.
Erwan mengakui bahwa beberapa tahun belakangan ini, ia tidak pernah tahu bagaimana perjuangan wirausaha muda ini dilakukan secara individual.
Namun, setelah dipelajari, ternyata banyak wirausaha muda di Ciamis yang telah berkembang dan maju.
“Tetapi, banyak juga yang wirausaha muda masih pengelolaannya secara tradisional. Artinya rejeki penjualan hari ini adalah rejeki sekarang, bebas digunakan tidak berpikir masa depannya seperti apa kemajuannya,” ungkapnya.
Baca juga:
156 Peserta Didik SMA Informatika Ciamis Ikuti PAKK
Mengenal Berbagai Genre dan Subgenre Anime Sebelum Menonton
Oleh karena itu, Erwan berkomitmen untuk mencari lembaga-lembaga yang peduli terhadap kemajuan wirausaha di Kabupaten Ciamis, dan ditemukan Pusat Inkubator Bisnis Oorange Universitas Padjajaran, serta melalui BRI Research Institute dan Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia.
“Kita lihat, mudah mudahan 3 bulan ke depan kita bisa bisa meningkatkan teman-teman yang ultra mikro ini menjadi mikro. Kalaupun nggak ya untuk mensejahterakan diri, keluarga dan lingkungan saya rasa sebagai tahap awal,” ucapnya.
Namun, menurut Erwan, itu hanya merupakan tujuan kecil. Tujuan utamanya adalah pada tahun 2045, ketika bonus demografi Indonesia mencapai puncaknya, Ciamis dapat memberikan kontribusi yang signifikan.
Selain 150 peserta yang hadir saat ini, pastinya, kata Erwan, masih banyak di Ciamis yang telah memulai usaha mereka dalam skala kecil atau mungkin sudah berkembang menjadi lebih besar ke depannya.
“Insya allah kita berdoa bahwa mudah mudahan Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis mendapatkan rezeki anggaran yang bisa mencakup semua elemen, tidak hanya perempuan, tetapi semua semua elemen masyarakat khususnya di kami dengan batas usia 16 sampai 30 tahun karena kita dibatasi oleh undang undang kepemudaan,” tambahnya.
Perwakilan Pusat Inkubator Bisnis Oorange Universitas Padjajaran, In-In Hanidah, menyampaikan bahwa setelah melakukan kurasi di beberapa wilayah di Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Ciamis terpilih sebagai lokasi implementasi.
Alasan pemilihan Disbudpora Ciamis adalah karena memiliki program pemuda pelopor yang memberikan pendampingan kepada wirausaha di bawah usia 40 tahun.
“Ini sesuai dengan permintaan dari UK Embassy Indonesia bahwa yang didampingi untuk program tahun ini harus pelaku usaha perempuan yang usianya di bawah 40 tahun,” ungkap In-In Hanidah.
In-In menjelaskan bahwa memang terdapat kriteria khusus dalam program ini, dengan fokus pada partisipasi perempuan. Hal ini, menurut In-In karena perempuan dianggap sebagai tulang punggung ekonomi keluarga. Tujuannya adalah memberdayakan perempuan agar dapat mandiri.
“Jadi bagaimana caranya agar perempuan ini bisa berdaya di saat pasangan hidupnya, istilahnya yang menjadi tulang pungung tidak bisa memberikan penghasilan untuk keluarganya. Tapi perempuan ini bisa tangguh dan kuat sebagai penopang kehidupan keluarga,” ujarnya.
Program pendampingan, kata In-In, akan dilaksanakan selama 2 bulan, dengan tambahan satu bulan penguatan, total 3 bulan. Sedangkan untuk evaluasi program dilakukan dengan mengkurasi 20% dari 150 peserta, nantinya akan terpilih 30 pelaku usaha perempuan sebagai motor penggerak.
“Jadi 150 ini ekosistem, 30 orang ini motor penggerak. Kenapa kita mengambil 30? yaitu kembali lagi tidak mungkin jadi motor penggerak semuanya kan dari satu ekosistem itu,” ucapnya.
Bagi 150 peserta, kata In-In, mereka akan menerima pelatihan digital untuk program pemasaran. Namun, fokus lebih intensif diberikan kepada 30 orang melalui pendampingan menyeluruh. Ini mencakup analisis produk, bagaimana menemukan value produk, identifikasi segmen pasar, pencatatan keuangan, transaksi digital, dan aspek-aspek lainnya yang berbasis digital.
“Di satu bulan masa pendampingan ini, kami akan mengkurasi dari 30 ini, satu sampai dua pelaku usaha perempuan untuk menjadi leadernya,” jelasnya lebih lanjut.
Leader ini nantinya, diungkapkan In-In, akan mendapatkan fasilitas untuk tempat produksi yang kemudian menjadi rumah kemasan, sentranya rumah kemasan.
Selain itu, mereka akan dibantu dengan perlengkapan digital untuk membentuk pojok digital pemasaran. Sebagai hasilnya, 150 peserta yang terlibat akan memfokuskan pemasaran digital di pojok digital ini, yang secara tidak langsung berfungsi sebagai mini inkubator bagi mereka.
“Jadi kami akan latih bagaimana dia (Leader-red) menjadi pelopor daerah, pelopor wirausaha yang ada di Kabupaten Ciamis yang memiliki peran sebagai mini inkubator untuk menginkubasi dari 150 pelaku usaha yang ada di Kabupaten Ciamis ini,” terangnya.
Perbedaan utama Pusat Inkubator Bisnis Oorange Unpad dengan lembaga lainnya adalah tidak menyediakan dana tunai. Hal ini, menurut In-In, berdasarkan evaluasi beberapa tahun yang menunjukkan bahwa pengucuran dana oleh pemerintah ke masyarakat, setelah satu tahun atau bahkan beberapa bulan evaluasi, tidak memberikan dampak yang signifikan.
Oleh karena itu, fokus Pusat Inkubator Bisnis Oorange Unpad bukan hanya pada penyediaan uang, melainkan pada bagaimana masyarakat dapat meningkatkan nilai produk mereka. Pusat Inkubator Bisnis Oorange Unpad menanamkan prinsip investasi modal berjalan dalam pendekatannya.
Baca juga:
Ketua Umum PPDI Ciamis Bantah Rumor Soal Deklarasi Dukungan untuk HY
“Apa itu investasi modal berjalan? masyarakat itu paling bingung ketika menentukan produk, saya tuh punya produk, tapi kenapa produk saya tidak bisa bersaing dengan orang? Nah, di sini kita investasi bagaimana dia menemukan value produknya, bagaimana mencari keunggulan produk dia dibandingkan dengan produk yang lainnya,” jelas In-In.
Lebih lanjut, In-In mengatakan bahwa Unpad memiliki 16 fakultas dengan beragam keahlian untuk memperbaiki produk yang ada. Selanjutnya, dalam konsep modal berjalan, bukan hanya menyediakan perlengkapan untuk pemasaran digital, tetapi juga melibatkan pelatihannya.
Tujuannya adalah agar mereka memiliki pemahaman mendalam tentang cara menggunakan alat yang diberikan dan strategi pemasaran, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan secara lebih mendalam.
“Alhamdulillah, selama tiga tahun masuk keempat, kami telah bekerja sama dengan beberapa Kementerian, antara lain Kementerian Keuangan, Kementerian Sosial, dan Kementerian Koperasi, serta beberapa Kementerian lainnya yang telah mengajak kolaborasi dalam pemberdayaan dengan metode yang berbeda,” tambah In-In.
“Dulu, tidak mendapatkan perhatian serius, namun sekarang, setelah empat tahun melakukan pemberdayaan seperti ini, kami meminta testimoni dari pelaku usaha. Hasilnya menunjukkan bahwa, meskipun tidak melibatkan uang langsung, pendampingan yang diberikan dinilai sangat bermanfaat oleh mereka,” lanjutnya.***