Ciamis, Berandaperistiwa.com,- Warga Desa Cisontròl, Kabupaten Ciamis, kembali menggelar kegiatan tahunan Ngarumat Lembur, Minggu (11/5/2025).
Berpusat di Masjid Al Muhsiniin, Kubang, acara ini menjadi puncak rangkaian kolaborasi masyarakat dalam merawat lingkungan dan memperkuat identitas budaya Sunda.
Mengangkat tema “Merawat Lembur, Menjaga Kahuripan”, Ngarumat Lembur ke-2 tahun ini diwarnai prosesi budaya seperti Ngarak Cai Kahuripan, Ngahiukeun Cai Kahuripan, pembacaan Babad Cisontròl, hingga Hadoroh dan doa bersama.
Yang istimewa, Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran dari Kesultanan Kanoman Cirebon turut hadir dan menanam pohon aren di tujuh sumber mata air utama desa.
Penanaman itu menjadi lambang hidupnya warisan alam dan budaya yang dijaga bersama.
Menjaga Sumber Kehidupan
Ketua Harian PERMATA LINGGA, Mumu, menyebut kegiatan ini sebagai upaya konkret dalam merawat lingkungan desa.
“Pohon adalah simbol kemakmuran, dan air adalah simbol kehidupan. Melalui penanaman pohon di sumber mata air, kami berharap dapat memastikan keberlangsungan hidup alam dan manusia,” ujarnya.
Ia juga menyoroti pentingnya mengelola potensi lokal untuk pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal.
Menurut Mumu, keberhasilan desa adalah fondasi kemajuan kabupaten.
Gotong Royong Sebagai Identitas
Ngarumat Lembur bukan hanya ritual tahunan.
Sejak 1 Mei, warga bahu-membahu dalam berbagai kegiatan gotong royong seperti Ngarumat Jalan, Ngarumat Saluran Cai, Ngarumat Makam, hingga Tahlil Akbar.
Semua ini merupakan persiapan menyambut acara puncak serta membangun infrastruktur sosial desa.
Ketua Umum Persatean Pesantren Ortodok (PPO), H. Duleh, menyatakan bahwa Ngarumat Lembur adalah bentuk nyata syiar Islam dalam membangun harmoni.
“Tradisi ini mengajarkan bahwa menjaga alam dan budaya adalah bagian dari keimanan,” katanya.
Harapan bagi Generasi Mendatang
Dengan mengedepankan prinsip kolaborasi antara masyarakat, tokoh adat, Kesultanan Kanoman Cirebon, dan berbagai pemangku kepentingan, Ngarumat Lembur diharapkan menjadi fondasi pembangunan berbasis kebudayaan.
Acara ini pun terbuka bagi siapa pun, mengajak publik untuk menyaksikan dan terlibat dalam pelestarian desa sebagai ekosistem budaya yang hidup.
Di tengah arus modernisasi, Cisontròl meneguhkan diri sebagai lembur yang tak hanya ingat akar, tapi juga menanam harapan untuk masa depan.***
Views: 1