Pangandaran, Berandaperistiwa.com,– Serikat Petani Pasundan (SPP) mengecam keras dugaan tindakan kekerasan dan intimidasi yang dialami para petani anggotanya di Pangandaran, Jawa Barat.
Tindakan tersebut disebut-sebut melibatkan sekelompok orang yang diduga merupakan preman bayaran dari PT PMB.
Peristiwa tersebut dinilai telah mencederai semangat reforma agraria yang selama ini diperjuangkan berbagai kalangan, termasuk para petani yang tergabung dalam SPP.
Ketua Dewan Pimpinan Harian (DPH) SPP, Yosep Nurhidayat, menegaskan bahwa kekerasan terhadap petani tidak hanya merupakan pelanggaran hukum, melainkan juga penghinaan terhadap keadilan sosial yang dijamin oleh konstitusi.
“Tanah yang mereka kelola bukan tanah kosong. Itu adalah lahan hidup yang telah mereka rawat dan manfaatkan selama bertahun-tahun untuk menopang kehidupan keluarga dan masyarakat sekitarnya,” ujar Yosep, Jum’at (13/6/2025), di Pangandaran.
Yosep menjelaskan bahwa para petani tersebut selama ini menggarap tanah secara sah dan damai.
Namun, mereka justru menjadi korban kekerasan, penggusuran paksa, dan teror, yang diduga dilakukan oleh kelompok preman suruhan perusahaan.
Seruan dan Tuntutan

Menyikapi peristiwa tersebut, DPH SPP menyampaikan sejumlah tuntutan.
Pertama, mereka mengutuk keras tindakan kekerasan terhadap anggota petani SPP.
Kedua, mereka mendesak aparat penegak hukum untuk segera mengusut tuntas dan menangkap pelaku lapangan serta aktor intelektual di balik kekerasan itu.
Ketiga, SPP meminta Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) serta pemerintah daerah untuk segera mengambil langkah konkret dalam melindungi hak-hak petani yang sesuai dengan skema reforma agraria dan sesuai dengan konstitusi.
Selain itu, SPP menyerukan solidaritas dari berbagai elemen masyarakat sipil, termasuk organisasi gerakan rakyat dan akademisi, untuk bersama-sama menolak segala bentuk kriminalisasi terhadap perjuangan petani.
Tuntutan terakhir ditujukan kepada PT PMB.
SPP menegaskan bahwa perusahaan harus bertanggung jawab atas tindakan represif yang dilakukan terhadap petani, dan segera menghentikan seluruh bentuk intimidasi.
Reforma Agraria dan Perjuangan Petani
Menurut Yosep, kekerasan yang terjadi merupakan bentuk kegagalan negara dalam menjamin perlindungan terhadap rakyat kecil, khususnya petani.
Ia mengingatkan bahwa reforma agraria bukan sekadar program distribusi lahan, melainkan perjuangan panjang untuk menghadirkan keadilan sosial.
“Kami tidak akan tinggal diam. Kekerasan tidak akan membungkam perjuangan. Tanah untuk petani, bukan untuk korporasi rakus yang merampas kehidupan rakyat,” tegasnya.
Seruan Yosep itu pun disambut oleh pekikan semangat dari para petani yang hadir, “Hidup Petani! Hidup Perjuangan! Tanah untuk Rakyat!***
Views: 6